Kalau denger kata funnel dalam digital marketing, banyak orang langsung mikirnya ribet. Padahal gampangnya gini: funnel itu kayak corong. Bayangin corong minyak—atasnya lebar, bawahnya kecil. Nah, di dunia bisnis online, funnel itu proses “ngarahin” orang yang awalnya cuma kenal kamu → sampai akhirnya jadi beli produkmu.
Kenapa Disebut Funnel?
Karena nggak semua orang yang lihat produkmu bakal langsung beli.
- Di atas (mulut corong): orang banyak banget, tapi mereka baru sekadar tahu.
- Di tengah: sebagian mulai tertarik dan pengen tahu lebih banyak.
- Di bawah (ujung corong): tinggal sedikit, tapi mereka ini yang akhirnya beneran beli.
Jadi tugasmu adalah ngarahin orang turun step by step dari atas sampai bawah corong.
Tahapan Dasar dalam Funnel
Biar gampang, funnel biasanya dibagi jadi 3 tahap:
1. Awareness (Kenal Dulu)
Orang baru tahu kamu ada. Bisa lewat iklan, konten sosmed, artikel, atau rekomendasi teman.
👉 Contoh: kamu lihat iklan “Belajar Public Speaking Tanpa Grogi” pas lagi scroll Instagram.
2. Consideration (Mulai Tertarik)
Orang mulai mikir, “Hmm… produk ini cocok nggak buat aku ya?”
👉 Contoh: kamu klik iklan tadi, baca penjelasan lengkapnya di landing page, atau cek testimoni orang lain.
3. Conversion (Akhirnya Beli)
Di tahap ini, mereka udah yakin. Tinggal klik tombol beli dan bayar.
👉 Contoh: kamu akhirnya daftar kelas Public Speaking tadi karena udah percaya dan ngerasa butuh.
Contoh Funneling di Kehidupan Sehari-Hari
Biar makin gampang, bayangin kamu jualan kue dessert box online:
- Awareness: kamu upload video “cara bikin dessert box lumer” di TikTok. Banyak yang nonton → mereka jadi kenal toko kamu.
- Consideration: orang yang tertarik follow akunmu, nanya di DM, atau baca review pelanggan lain.
- Conversion: beberapa dari mereka akhirnya pesen via WhatsApp.
Dari seribu orang yang nonton video, mungkin cuma 100 yang nanya, dan 20 yang akhirnya beli. Nah, itulah “funnel”.
Kenapa Funnel Penting di Digital Marketing?
Kalau kamu asal jualan tanpa funnel, hasilnya bisa zonk. Kenapa? Karena orang butuh proses sebelum mereka percaya dan mau beli.
- Funnel bikin promosi lebih terarah.
- Kamu bisa tahu dimana orang biasanya berhenti (misalnya banyak yang tahu produkmu, tapi jarang yang klik → berarti harus perbaiki konten/penjelasan).
- Penjualan jadi lebih stabil, bukan sekadar untung-untungan.
Funnel Autopsy
Udah ngerti funnel. Gimana cara memahaminya lewat data?
Step 1: Bikin Konten → Views Bagus
Kamu upload video di TikTok/IG: “Cara bikin dessert box lumer dengan 3 bahan aja”
👉 Hasil: Views 10.000.
✅ Artinya: Awareness oke → orang tertarik sama topikmu.
Step 2: Arahkan ke Konten Jualan
Di akhir video kamu bilang:
“Mau belajar resep lengkap + dapat ebook gratis? Klik link di bio ya!”
👉 Hasil: Link kamu di-bio diklik 500 orang.
✅ Artinya: Orang penasaran dan pengen tahu lebih lanjut.
Step 3: Orang Masuk ke Halaman Jualan (Landing Page)
Orang yang klik link tadi diarahkan ke halaman jualan kelas dessert box.
👉 Hasil: 500 orang baca, tapi sales = 0.
❌ Artinya: Ada masalah di halaman jualan.
Cara Bacanya:
- Views Bagus → Konten Menarik.
Konten di sosmed berhasil bikin orang berhenti scroll. - Klik Link Bagus → Orang Tertarik.
CTA ok, cara kamu sampein di media sosial bagus. - Sales Nol → Produk/penjelasan nggak meyakinkan.
Bisa karena:- Headline di halaman jualan biasa aja (“Kelas Online Dessert Box”) → orang bingung apa manfaatnya.
- Nggak ada testimoni/bukti hasil.
- CTA kurang jelas (tombol “Submit” doang, nggak ada ajakan jelas).
Kesimpulan:
Kalau funnelmu lancar di atas (views & klik bagus) tapi sales nol, masalahnya hampir pasti ada di penjelasan produk di sales page yang kurang meyakinkan.
Kalo funnelmu diatas jelek (views & klik sedikit), sudah pasti masalahnya ada dicara kamu ngonten atau cara kamu sampaikan produknya yang kurang ngena -> Pelajari copywriting.

